Lomba Inovator Teknologi Se-Sumbar 2008 Sepi Peminat

Lomba inovator teknologi se-Sumbar 2008, masih sepi peminat, hingga saat ini hanya ada tujuh hasil penelitian teknologi yang telah diterima oleh panitia penyelenggara di Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Sumbar.

Kepala Sub Bidang Teknologi Informasi dan Industri Balitbang Sumbar, Wilson, M. Pd, di Padang, Jumat, mengatakan, tujuh usulan hasil penelitian yang masuk, belum satupun yang berasal dari kab/kota di Sumbar, padahal masa pendaftaran peserta sudah dimulai sejak Februari dan ditutup paling lambat tanggal 16 Juli 2008.

Dia menjelaskan, ke tujuh usulan hasil penelitian yang masuk ke Balitbang, berasal dari perorangan di antaranya lampu alternatif tanpa listrik, sistem minyak jelantah sebagai pengganti solar pada motor diesel, sepeda amfibi tanpa bahan bakar, dendeng pucuk ubi, dan alat pengetam bambu.

Kendati sosialisasi tentang perlombaan ini sudah dilakukan ke kabupaten dan kota sejak awal dibukanya pendaftaran.

Namun, panitia lomba sampai pekan terakhir Juni 2008 belum menerima satupun usulan hasil penelitian dari kabupaten/kota untuk diikutsertakan dalam perlombaan tersebut.

"Kita berharap dengan rentang waktu yang masih tersisa, ada kemungkinan usulan hasil penelitian dari kabupaten dan kota serta peserta perorangan lainnya mendaftarkan ke sekretariat panitia" kata Wilson.

Lebih lanjut dijelaskannya, peserta lomba inovatir teknologi ini bisa diikuti oleh siapa saja mulai dari masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, lembaga riset, ataupun dari kalangan akademisi.

Lomba inovator teknologi se-Sumbar pada 2008 merupakan pelaksanaa yang kelima sejak digelar pertama kali pada 2003.

Kategori yang diperlombakan adalah pertanian dan ketahanan pangan, energi baru dan terbarukan, kesehatan dan obat-obatan, transportasi, informasi dan komunikasi, lingkungan hidup, rekayasa dan manufaktur, kelautan dan perikanan, serta kerajinan dan industri rumah tangga.


Terkedala Dana
Menurut Wilson, supaya hasil-hasil penelitian dan temuan teknologi dari para inovator Sumbar itu dapat tersebar luas di masyarakat maka perlu ada sosialisasi dan pematenan di lembaga Hak Cipta dan Kekayaan Intelektual (HAKI).

Namun, untuk mengurus HAKI juga perlu dana yang tidak sedikit serta membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Kita dari Balitbang sendiri tidak memiliki dana untuk meneruskan kelanjutan dari hasil-hasil temuan para inovator yang ada di Sumbar untuk dibawa ke lembaga HAKI agar dipatenkan," kata Wilson.

Dia menyebutkan, untuk satu HAKI saja bisa menghabiskan dana sekitar Rp5 juta sampai sekitar Rp40 juga, tentu tergantung apa instrumen teknologi hasil temuannya yang akan dipatenkan.

Meksipun demikian, pihaknya akan mencoba membantu dan mengarahkan para inovator ke lembaga terkait yang dirasa mampu melanjutkan penelitian tersebut seperti ke pihak perguruan tinggi, HAKI, dan Departemen Kehakiman.

"Kita berharap Pemprov, Pemkab dan Pemkot juga menyikapi kendala pendanaan tersebut, sehingg bisa ikut berperan dalam membantu para inovator untuk memperluas hasil temuan sampai ke masyarakat," katanya.

Sebab, jika kondisi ini dibiarkan bisa saja karya-karya para inovator tersebut "dicuri" dan dipatenkan oleh orang tertentu atau daerah lain.

Terkait bentuk bantuannya bisa berupa penawaran hasil teknologi tersebut kepada pihak ketiga seperti perusahaan swasta untuk dikembangkan lebih lanjut, katanya dan menambahkan, dengan upaya itu para inovator yang ada di Sumbar bisa terbantu dalam memasyarakatkan hasil-hasil temuannya dan masyarakat luas pun dapat menikmati keuntungan dari temuan teknologi tersebut.

"Hingga saat ini ada sekitar 200 hasil temuan teknologi karya inovator-inovator Sumbar yang tercatat di Balitbang yang sebagian besar di antaranya didapatkan dari usulan yang masuk dalam lomba inovator teknologi yang digelar setiap tahun sejak empat tahun terakhir," kata Wilson.


Komentar